Minggu, 14 Juni 2009

Karakteristik Daun Sebagai Ciri Pembeda Varian Klengkeng Pingpong



buah klengkeng pingpong type vietnam



daun sebagai ciri pembeda antar varian klengkeng pingpong


Selain buah, daun dapat digunakan sebagai ciri pembeda antar varian dalam satu species yang sama, dan hal tersebut sangat membantu kita dalam pemilihan varian yang kita inginkan. Sebagaimana dalam posting terdahulu, klengkeng pingpong yang beredar di Indonesia terbagi dalam 2 golongan besar, yakni pingpong asal Vietnam (type vietnam yang umumnya berdaun besar) dan pingpong asal Thailand (type Thailand berdaun kecil). Jika pingpong Vietnam berdaun cukup besar (gambar kanan), maka pingpong Thailand berdaun cukup kecil (gambar kiri). Dari kedua golongan besar klengkeng Pingpong ini, muncul beragam varian yang ditemukan di lapangan, mulai dari pingpong dengan daun muda (pupus) berwarna merah, pupus berwarna hijau muda, pingpong  dengan kulit buah berwarna merah, pingpong berbiji besar, pingpong berbiji kecil (sekitar 1/3 dari ukuran normal), hingga varian "Pingpong Buto", "Pingpong Suko", dan "Pingpong Mutasi Daun Lurus" dengan karakteristik ukuran daun yang jauh lebih besar, namun pinggir daun tidak bergelombang (keriting) dan berlekuk ke dalam sebagai mana halnya type Vietnam.






Beragam variasi klengkeng pingpong ini muncul sebagai akibat dari interaksi sifat genetik tanaman dengan lingkungan di mana pingpong tumbuh, bisa pula dikatakan sebagai bentuk adaptasi tanaman dengan lingkungannya. Perbedaan lingkungan (jenis tanah, kesuburan tanah, kandungan unsur/senyawa toksik, altitude, longitude, panjang penyinaran, naungan, suplai air tanah, salinitas, dan sebagainya) menjadi salah satu faktor penyebab munculnya variasi daun, selain faktor utama karena adanya proses mutasi sel atau mutasi somatis, segregasi gen, dan kemungkinan persilangan secara alami maupun buatan antar klengkeng yang sama, maupun antar klengkeng yang berbeda, yang menyebabkan munculnya begitu banyak varian klengkeng, khususnya pingpong

Rabu, 03 Juni 2009

Jambu Kristal asal Taiwan





Di antara varietas jambu biji yang beredar di Indonesia saat ini, Jambu Kristal asal Taiwan ini adalah varian yang cukup istimewa, selain karena rasanya yang cukup manis dan sangat renyah, ukurannya pun cukup besar, serta kandungan biji yang sangat sedikit. Meski bisa dikategorikan sebagai seedless, jambu kristal ini sebenarnya tidak betul-betul tanpa biji, daging buahnya sebenarnya masih mengandung biji, namun dalam jumlah yang sangat sedikit, kurang dari 3% dari jumlah total keseluruhan daging buah yang dapat dimakan, dengan demikian persentase daging buah yang dapat dimakan sangat banyak tanpa harus terganggu dengan adanya biji dalam daging buah.





Sekali lagi, jika jambu kristal ini bisa dimasukkan ke dalam kategori seedless (tanpa biji), maka jambu kristal adalah jambu seedless yang paling mudah berbuah maupun dibuahkan, jauh lebih mudah dibanding jambu sukun lokal maupun jambu sukun bangkok (jambu farang). Tanpa treatment zat pengatur tumbuh maupun zat perangsang buah apapun, selain pupuk NPK 15:15:15 (10 gram per bulan dan pupuk daun Growmore hijau 20:20:20 seminggu sekali, jambu kristal asal bibit susuan yang ditanam di pot berdiameter 20 cm, dapat berbuah normal pada umur 3 bulan setelah tanam.

Karena kemudahannya dalam berbuah itulah, jambu kristal tergolong tanaman buah produktif yang layak ditanam, baik ditanam di dalam pot (tabulampot), di halaman rumah, maupun dikebunkan secara komersial. Hingga bulan Juli 2012, harga jambu kristal di tangan petani/pekebun berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 18.000 per kilogram, tergantung ukuran dan kualitas jambu kristal yang dipanen, sementara dibeberapa supermarket yang menjual jambu ini, banderol harga yang diberikan rata-rata adalah Rp 30.000/kg. Melihat harga yang tinggi ini, jambu kristal bisa menjadi pilihan untuk dikebunkan karena pasokan buah segar di pasar jumlahnya masih terbatas, itu karena buah segar hanya bersumber dari areal tanam jambu kristal yang juga masih terbatas.


perbandingan jambu kristal dengan jambu farang (jambu sukun bangkok)



Untuk mendapatkan buah jambu kristal yang berkualitas, tanaman harus tumbuh sehat dan dibudidayakan dengan cara yang benar. Tanaman hanya dapat tumbuh dengan baik apabila bibit yang ditanam berasal dari hasil perbanyakan vegetatif dengan entres yang diambil dan bersumber dari pohon induk yang berkualitas bagus, karenanya, penanam harus memulai dengan memilih bibit jambu kristal yang baik, bersumber dari penangkar yang baik, dan tentunya bibit diperbanyak dari pohon induk yang baik pula. Dalam jumlah satu atau dua tanaman, dan jika hanya dtanam di halaman rumah atau dalam pot, bibit cangkokan adalah pilihan terbaik disamping bibit okulasi tempel mata. Tajuk atau bentuk tanaman asal cangkok akan pendek dan melebar ke semua sisi, sementara bibit asal okulasi tempel mata akan tumbuh dengan sistem perakaran yang sangat baik. Pemangkasan rutin sangat dianjurkan bagi tanaman asal bibit cangkok maupun asal bibit okulasi, agar pertumbuhan tunas ujung dan tunas samping berlangsung merata dan dapat dikendalikan dengan baik, untuk merangsang keluar dan tumbuhnya bunga dalam jumlah yang banyak. Dengan jumlah bunga yang banyak, diharapkan dapat menghasilkan buah dalam jumlah yang banyak pula. 











Sawo Jumbo Thailand



Jika melihat tampilan sawo jumbo ini, maka bentuk buahnya berada di antara sawo jumbo Vietnam yang nyaris bulat dan sawo jumbo Cikumega 19 (CM19) yang lonjong. Pemilik blog mendapatkan bibit sawo jumbo ini sebagai oleh-oleh dari seorang teman yang pulang bepergian dari Thailand, 5 tahun yang lalu. Hingga hari ini, tanaman sawo jumbo ini hanya di tanam di dalam pot berdiameter 40 cm dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Sebagian ranting yang tumbuh memanjang ke atas, digunakan sebagai entris untuk pembuatan bibit susuan, sehingga bentuk tajuk tetap pendek. Tekstur daging buahnya lembut dan sedikit berair, nyaris sama dengan sawo lokal, dengan warna daging buah kecokelatan. Rasanya sangat manis dan cocok dimakan sebagai buah meja maupun dibuat juice. Dari semua buah yang dipanen, hanya didapatkan 1 biji saja dalam setiap buahnya, berbentuk gepeng membulat dengan "taji" di bagian pangkal biji. Sebagai mana halnya sawo jumbo yang lain, periode pematangan buah cukup lama, sekitar 5-6 bulan sejak bunga mekar, dan ukuran terbesar buah yang pernah dipanen (dari tanaman induk yang ditanam dalam pot diameter 40 cm) adalah 520 gram per buah.

Sawo Jumbo CikuMega 19 (CM19) - Malaysia


Sawo jumbo CM19 tetap berbuah jumbo meski hanya ditanam dalam pot berdiameter 20cm




Inilah varietas sawo yang paling banyak diburu dan dicari oleh para hobiis tanaman buah eksklusif, karena ukuran buahnya yang super besar, sekitar 500 gram hingga 700 gram per buah, melebihi ukuran buah sawo pada lokal umumnya. Berbeda dengan sawo jumbo Vietnam yang berbentuk bulat, sawo jumbo CikuMega 19 ini berbentuk seperti ellips. Jika biji sawo jumbo Vietnam cenderung berbentuk bulat dan gepeng, sawo jumbo CikuMega 19 ini mempunyai biji yang nyaris mirip dengan sawo lokal, yakni memanjang. Ciri khas sawo jumbo yang membedakannya dari sawo lokal adalah, hampir semua sawo jumbo mempunyai "taji" di ujung biji, dengan jumlah biji hanya 1 atau 2 saja dalam setiap buahnya. Sawo ini adalah hasil riset dari MARDI (Departemen Pertanian) Malaysia.





Habitus tanaman sawo jumbo CM19 ini sama saja dengan tanaman sawo pada umumnya, yang membedakannya, khususnya dengan tanaman sawo jumbo Vietnam adalah daunnya yang lebih ramping dan lebih panjang. Bunga keluar di ujung ranting dengan jumlah bunga berkisar antara 6 hingga 12 kuntum, setelah persarian selesai, bakal buah yang terbentuk hanya berkisar 2 hingga 4 saja, dan hanya 1 hingga 3 bakal buah yang membesar hingga ukuran maksimumnya, yaitu 500 hingga 700 gram per buah. Ini juga ciri khas sawo jumbo CM19 yang membedakannya dengan sawo lokal pada umumnya yang bakal buahnya bisa mengelompok antara 4 hingga 10 buah di setiap ujung ranting. Karena ukurannya yang jumbo, sejak bunga mekar hingga buah siap konsumsi, diperlukan waktu setidaknya 150 hari, tergantung ukuran sawo yang terbentuk. Semakin besar ukuran sawo yang terbentuk pasca persarian, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan agar sawo masak pohon dan siap untuk dikonsumsi, hingga mencapai 200 hari pasca mekarnya bunga. Ciri lain sebagai pembeda sawo ini dibanding sawo lainnya adalah guratan seperti batik pada sawo muda, kulit buah kasar karena terbentuknya pola batik tersebut. Guratan batik akan semakin menghilang secara perlahan saat ukuran buah mulai membesar, namun kulit buah akan tetap kasar hingga buah masak sempurna. 


karakteristik mirip "batik" pada kulit buah sawo jumbo CM19 saat masih muda




tampilan sawo jumbo CM19 menjelang masak fisiologis




Persentase daging buah yang dapat dimakan sangat tinggi, itu karena jumlah biji sawo jumbo hanya 1-2 biji saja per buah. Dagingnya lembut, tidak berpasir (Jawa : masir), dengan rasa manis yang menyengat, saking manisnya rasa buah sawo ini. Selain dikonsumsi sebagai buah meja, sawo ini juga sangat nikmat dinikmati dalam bentuk "juice" yang di-blender bersama dengan es, tanpa perlu menambahkan gula cair sebagai penambah rasa manis.




Selain ditanam di lahan, sawo jumbo CM19 sangat cocok ditanam dalam pot (tabulampot). Bibit yang hendak ditanam, sebaiknya berupa bibit klonal (bibit yang diperbanyak secara vegetatif), agar keseragaman sifat genetik yang baik dari pohon induk dapat diturunkan ke bibit yang akan ditanam. Bibit klonal sawo jumbo CM19 yang disarankan berasal dari bibit okulasi (tempel mata tunas), bibit sambung sisip (tempel ranting muda), bibit susuan, bibit sambung pucuk (cleft grafting), dan bibit cangkokan, tentunya bibit harus berasal dari indukan terpilih yang terbukti memang berbuah dalam ukuran jumbo. Di pasaran banyak beredar bibit yang diberi label sawo jumbo, namun kenali bibit tersebut dengan baik sebelum memutuskan untuk menanamnya, sehingga investasi waktu yang dialokasikan untuk menanam sawo jumbo ini terbayar dengan pembuktian bahwa bibit sawo tersebut memang bibit sawo jumbo CM19 asli, bukan sawo yang lainnya.



Srikaya (Annona cherimola) var Atemoya - Mexico




Durian (Durio zybethinus) var Monthong - Thailand




Rabu, 20 Mei 2009

Sawo Jumbo Vietnam


Anda pasti akan terperangah jika melihat tampilan sawo yang satu ini karena ukuran buahnya yang tidak lazim. Berbeda dengan sawo lokal yang ukuran buahnya kecil dengan berat antara 75 gram hingga 150 gram per buah, maka sawo jumbo asal Vietnam ini cukup menakjubkan karena buahnya berukuran besar dengan berat antara 500 gram hingga yang terbesar yang pernah ditemukan seberat 700 gram. Selain ukuran yang berbeda dengan sawo lokal, periode pemasakan buah juga cukup lama, dari bunga mekar hingga buah masak fisiologis, dibutuhkan waktu setidaknya 5 hingga 7 bulan. Secara umum, habitus tanaman sawo jumbo Vietnam tidak berbeda dengan tanaman sawo lokal, semuanya nyaris sama, baik kayu batang, daun, maupun bunganya, namun daunnya sangat lebar, lebih lebar dibanding daun sawo pada umumnya, dan cukup kontras jika lebar daun sawo jumbo Vietnam ini dibandingkan dengan daun sawo jumbo CM19. Beberapa ciri tanaman sawo jumbo Vietnam ini adalah : daun sangat lebar, bunga muncul di ujung ranting dengan jumlah 8 hingga 12 kuntum, bakal buah yang terbentuk pasca persarian bunga berjumlah 1 hingga 3 bakal buah saja, dan yang membesar hingga siap konsumsi berkisar antara 1 hingga 2 buah saja.


sawo jumbo vietnam saat masih muda

Senin, 18 Mei 2009

Perbanyakan Bibit Tanaman Dengan Cara Mencangkok







Seperti topik yang telah disinggung sebelumnya, memperbanyak bibit tanaman buah unggul dengan cara mencangkok adalah cara yang paling lazim dilakukan, dengan pertimbangan bahwa bibit asal cangkokan akan membawa sifat genetis yang sama persis dengan sifat genetis tanaman induknya. Selain itu, tenggat waktu yang dibutuhkan tanaman untuk memasuki fase generatif (periode berbuah) akan lebih singkat dibandingkan dengan tanaman yang bibitnya berasal dari perbanyakan secara vegetatif lainnya (okulasi mata tempel, sambung susuan, sambung sisip, sambung pucuk, dan sebagainya). Pertumbuhan tanaman juga akan lebih cepat dengan bentuk tajuk yang kompak jika rajin dipangkas.

Beberapa alasan yang mendasari tanaman buah diperbanyak dengan cara cangkok adalah :
  1. Keterbatasan ketersediaan batang bawah (rootstock), khususnya bagi kalangan penghobi biasa, bukan penangkar bibit tanaman buah-buahan
  2. Dibutuhkan ketrampilan teknis yang lebih memadai bagi seseorang untuk membuat bibit dengan cara okulasi (tempel mata tunas), sambung pucuk (cleft grafting), sambung sisip (tempel ranting muda), maupun sambung susuan
  3. Periode tunggu dari saat bibit cangkok ditanam hingga tanaman berbunga dan berbuah relatif lebih singkat dibanding jika tanaman buah berasal dari bibit vegetatif lainnya (okulasi, sambung sisip, sambung pucuk, sambung susuan, dan sebagainya)
  4. Dapat dilakukan pada saat kapanpun (musim hujan maupun musim kemarau) dengan menggunakan bahan cangkok yang bervariasi (tanah subur, kompos, sphagnum moss, coco fiber, lumut, dan sebagainya)
  5. Waktu pembuatan hingga bibit cangkok siap tanam yang relatif lebih singkat

Senin, 04 Mei 2009

Mangga Namdokmai #4 asal Thailand




Satu lagi mangga introduksi dari Thailand yang cukup populer bagi kalangan hobiis di sini adalah mangga Namdokmai #4 yang merupakan perbaikan dari mangga Okyong yang lebih duluan masuk ke Indonesia. Perbaikan itu terutama terlihat dari kemampuan berbuah mangga Namdokmai yang lebih awal, jumlah buah per tandan yang lebih banyak, dan ukuran buah yang lebih besar dari pada mangga Okyong. Ciri khas pembeda mangga Namdokmai dengan mangga Okyong adalah flush atau daun muda (Jawa : pupus) berwarna merah bercampur kecokelatan, sementara pada mangga Okyong, daun mudanya berwarna hijau muda keputihan. Mangga ini cukup genjah dan mampu berbuah pada umur 2,5 tahun dari saat tanam (bibit asal okulasi mata tempel). Keunggulan lain dari mangga ini adalah rasanya yang sangat manis, berdaging lembut dengan sedikit serat. Disarankan untuk memakan buahnya dalam kondisi kematangan 80%, karena jika buah kelewat matang, maka daging buahnya menjadi agak berair, namun hal ini justru menjadi keunggulan lain dari mangga Namdokmai karena daging buah yang juicy, akan semakin menambah kesegaran buahnya

Minggu, 03 Mei 2009

Mangga Chokanan asal Thailand



Mangga adalah salah satu buah favorit, baik untuk masyarakat di Indonesia, maupun masyarakat di hampir seluruh belahan dunia lainnya. Selain dimakan sebagai buah segar, mangga juga dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk makanan sehari-hari (Sulawesi), dibuat manisan, diambil sari buahnya (mangga juicy), maupun untuk fungsi pemanfaatan lainnya.
Mangga Chokanan adalah salah satu kultivar asli Thailand yang sekarang banyak dibudidayakan, baik sebagai tanaman buah dalam pot sekaligus sebagai hiasan halaman rumah, maupun dibudidayakan secara komersial dalam skala perkebunan yang luas.
Mangga ini sangat genjah dengan kemampuan berbuah sangat awal, lebih singkat dari mangga kultivar Thailand lainnya. Dalam pot berdiameter 35 cm pun, mangga ini bisa berbunga dan berbuah dalam waktu relatif singkat, kurang dari setahun setelah tanam, dari bibit asal okulasi mata tempel, dengan potensi jumlah buah yang tinggi di setiap tandan. Selain itu, rasa manisnya bercampur sedikit asam, sehingga perpaduan rasa manis dan sedikit asam, semakin menambah kesegaran rasa buah mangga ini. Di luar itu, tekstur daging buahnya juga lembut dengan kandungan serat yang rendah sehingga nyaman untuk dinikmati

Media Tanam untuk Tanaman Buah Dalam Pot (Tabulampot)






Media tanam adalah salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan penanaman tanaman buah dalam pot, karena umumnya media tanam tabulampot jumlahnya dibatasi oleh volume pot, sehingga komposisi yang tepat akan membuat perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Apapun jenis tanah mineral yang ada di sekitar kita, bisa digunakan sebagai bagian dari media tanam, dengan catatan bahwa tanah yang akan digunakan adalah tanah murni, bukan tanah campuran bekas bongkaran bangunan, bukan tanah yang tercemar limbah beracun, bukan tanah dengan kadar garam tinggi, dan sebagainya. Idealnya, tanah disaring dengan menggunakan ayakan berdiameter 0,5 cm (strimin) untuk mendapatkan butiran tanah yang homogen dan bebas dari campuran batu, kerikil, maupun partikel bukan tanah lainnya.

Anjuran untuk pembuatan media tanam untuk tabulampot adalah sebagai berikut :

1. Jika tanah yang digunakan tergolong tanah berat dengan kandungan fraksi lempung yang tinggi sehingga bersifat sangat liat, maka anjuran komposisi media tanamnya adalah 1 bagian tanah dicampur dengan 1 bagian pupuk kandang (sapi/kambing/kerbau/kelinci) dan 3 bagian sekam segar atau sekam bakar atau kombinasi sekam segar dan sekam bakar. Jangan sekali-kali menggunakan abu sekam untuk campuran media tanam karena dalam kondisi jenuh air, kombinasi tanah berat dengan abu sekam akan menghasilkan efek melumpur (seperti lumpur) yang justru mengganggu drainase (pengatusan) air dan aerasi (pengudaraan) dalam media tanam. tanah jenis ini tergolong tanah yang miskin pori, baik pori makro maupun pori mikro, dan karena kandungan fraksi lempungnya yang tinggi, maka kemampuan ikat airnya sangat tinggi, dengan kata lain, tanah mampu menyimpan air dengan sangat baik dengan drainase (pengatusan) yang buruk. Dalam kondisi seperti ini, pertumbuhan akar akan terhambat akibat adanya penggenangan air dalam tanah Penambahan pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar tanah menjadi lebih remah (crumb) dan akar bisa tumbuh dengan leluasa, sementara penambahan sekam padi bertujuan untuk memperbaiki porositas tanah, menambah jumlah pori makro untuk meneruskan kelebihan air dalam tanah (fungsi pengatusan air) serta menambah jumlah pori mikro untuk menyimpan oksigen (fungsi aerasi atau fungsi pernafasan bagi akar) 

2. Tanah-tanah sedang dengan komposisi fraksi lempung, debu, dan pasir yang seimbang, umumnya relatif ideal dijadikan media tanam tabulampot, namun tetap perlu dimodifikasi agar menjadi lebih ideal untuk digunakan sebagai media tanam dalam jumlah yang terbatas dalam pot agar ideal untuk pertumbuhan akar di bagian bawah serta manifestasi pertumbuhan tanaman yang sehat di bagian atas. Campurkan merata 1 bagian tanah sedang , dengan 0,5 hingga 1 bagian pupuk kandang, dan 1 atau 2 bagian sekam, disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang berbeda antar tanaman yang satu dengan tanaman lainnya. 

3. Tanah dengan fraksi pasir yang dominan, digolongkan sebagai tanah ringan karena mudah diolah, baik dalam keadaan basah apalagi dalam keadaan kering. Tanah jenis ini umumnya terdapat di daerah di sekitar gunung berapi yang masih aktif, biasanya miskin akan kandungan bahan organik, strukturnya sangat remah cenderung rapuh, komposisi pori makro yang sangat tinggi dibanding jumlah pori mikronya, sangat mudah meneruskan kelebihan air, dan miskin kandungan unsur hara nitrogen. Karenanya, jika dibuat sebagai media tanam tabulampot, tanah jenis ini harus diperbaiki sifat-sifat fisikanya, sifat kimianya dan sifat biologinya dengan mencampurkan 1 bagian tanah dengan 2 bagian pupuk kandang, dan 1 bagian sekam, atau tergantung kebutuhan dilihat dari sumber tanahnya, apakah tanah diperoleh dari daerah yang tergolong subur atau kurang subur. Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang sekaligus akan memperbaiki sifat fisika tanah (memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah), sifat kimia (menambah kandungan unsur hara organik makro dan mikro) serta memperbaiki sifat biologinya (meningkatkan jumlah dan jenis mikrobia tanah).




Ciri utama media tanam yang baik adalah tidak gampang memadat meski telah digunakan dalam kurun waktu cukup lama, dan media seperti ini hanya dapat diperoleh dengan cara memodifikasi media tanam dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita dan mudah untuk mendapatkannya. Jika ragu dalam membuat media tanam, khususnya kualitas fisiknya, lakukan tips berikut : ambil segenggam media tanam yang telah dibuat dan dalam keadaan lembab (sedikit basah), lalu kepal dengan kuat dalam genggaman tangan. Jika saat genggaman tangan dibuka dan gumpalan media tanam pecah (Jawa : ambyar), itu berarti komposisi media tanam telah ideal secara fisik. Namun jika saat genggaman tangan dibuka dan media tanam berada dalam kondisi menggumpal, berarti diperlukan penambahan sekam segar atau sekam basah dalam jumlah secukupnya agar komposisi ideal media tanam dapat terbentuk sebagaimana telah dicontohkan sebelumnya.   

Penggunaan media tanam tabulampot dengan komposisi yang ideal akan sangat menunjang pertumbuhan akar menjadi lebih optimal, akar dapat tumbuh dengan leluasa karena mendapatkan suplai oksigen dan air dalam jumlah memadai, dan dalam kondisi pertumbuhan optimal tersebut, akar dapat menjalankan fungsinya untuk menyerap air dan hara-hara yang diperlukan dari dalam media tanam untuk disinergikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kamis, 30 April 2009

Jambu Citra Jumbo (artikel kedua)






Untuk mendapatkan buah dengan ukuran maksimum dan dengan kualitas sebagaimana terlihat di foto di artikel ini, beberapa hal yang harus harus dilakukan :

1. Pemilihan bibit :
Bibit yang saya buat adalah bibit vegetatif atau bibit klonal yang dibuat dengan tujuan agar sifat baik dari tanaman induk 100% dapat diturunkan ke bibit yang dibuat, tanpa mengalami perubahan sifat sama sekali. Bibit klonal yang dianjurkan hanya terdiri dari : bibit cangkok, bibit stek tunas ujung, dan bibit sambung sisip berbatang bawah jambu mawar. Dari pengalaman, bibit hasil sambung sisip berbatang bawah jambu mawar adalah bibit jambu citra jumbo dengan kualitas terbaik, dilihat dari sisi pertumbuhan tanaman dan hubungan antara kualitas pertumbuhan tanaman dengan kemampuannya untuk berbunga dan berbuah. sistem perakaran jambu mawar sangat mendukung pertumbuhan batang atas (entres) jambu citra jumbo, sehingga entres bisa tumbuh cepat dengan vigor pertumbuhan yang sangat bagus. Tergantung tinggi tanamannya, bibit jambu citra jumbo dengan metode perbanyakan sambung sisip ini dijual dengan kisaran harga Rp 75.000 hingga 125.000 per batang.







Pohon Induk Jambu Citra Jumbo berumur 8 tahun di Yogyakarta



2. Tempat Tanam :
Bibit dapat ditanam di dalam pot sebagai tabulampot, maupun sebagai bahan tanam di lahan/tanah. Jika ditanam di dalam pot, gunakan pot dengan ukuran pot yang sesuai dengan ukuran bibit, tidak terlalu besar maupun tidak kekecilan untuk menunjang pertumbuhan akar yang baik dalam pot. Untuk bibit setinggi kurang dari 50 cm, gunakan pot berdiameter 30cm, bibit dengan tinggi antara 50 hingga 75 cm, gunakan pot 35cm, sementara bibit dengan tinggi lebih dari 75cm dapat ditanam di dalam pot berdiameter 40 hingga 50cm.

Jika hendak ditanam di lahan, hendaknya dipersiapkan lubang tanam yang baik, subur, dan mampu menyediakan pasokan hara dan air dalam jumlah cukup. Jika bibit berukuran kurang dari 100cm, buat lubang tanam berukuran 50x50x50 cm, sementara jika bibit yang hendak ditanam berukuran lebih tinggi lagi, maka lubang tanam dpat dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm hingga ukuran 100x100x100m, tergantung kebutuhan tanaman dan ketersediaan lahan. Gali lubang tanam sesuai dengan ukuran yang dipilih, pisahkan 2/3 tanah bagian atas dan singkirkan 1/3 tanah bagian bawah dari lubang tanam yang dibuat. Campurkan 2/3 tanah bagian atas dengan 1/3 bagian pupuk kandang (komposisi 2 : 1) di mana volume pupuk kandang dimaksudkan untuk mengganti volume 1/3 tanah bagian bawah yang disingkirkan, sekaligus pupuk kandang tersebut berguna untuk memperbaiki struktur tanah sekaligus meningkatkan kesuburan dan kemampuan simpan airnya untuk perakaran tanaman yang nanti akan terbentuk di area lubang tanam.





3. Budidaya :
Berikan air secara teratur ke daerah sekitar perakaran tanaman jambu citra agar media tanam di sekitar perakaran tersebut tetap basah dan lembab (bukan menggenang). Kombinasi kelembaban tanah yang tinggi dengan perlakuan pupuk yang kontinyu (meliputi jenis pupuk yang digunakan, jumlah pupuk, waktu pemberian pupuk, serta cara pemberian pupuk), akan menghasilkan kualitas pertumbuhan jambu citra yang optimal. Setidaknya, berikan 200 gram NPK (15:15:15) setiap 2 bulan untuk tanaman berumur kurang dari 2 tahun, dan naikkan dosis pemupukan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari tahun ke tahun. Naikkan jumlah pupuk 30-40% lebih tinggi setiap kenaikan umur tanaman menjadi setahun lebih tua, tergantung pada tingkat kesuburan tanah setempat.

Pemangkasan adalah hal sangat penting dalam budidaya jambu citra, meliputi pangkas bentuk, pangkas produksi, dan pangkas pemeliharaan. Pengertian perihal ketiga jenis pemangkasan ini dapat dipelajari di artikel "Pemangkasan Tanaman Buah" di blog ini juga, sehingga tidak akan dibahas detail di sini. Intinya, lakukan pemangkasan secara teratur pada tanaman jambu citra agar kulitas pertumbuhan tanaman menjadi optimal dan pada akhirnya akan memberikan hasil panen yang optimal pula.

Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman jambu citra hanya dilakukan saat serangan hama dan penyakit telah menimbulkan kerugian secara ekonomi, kurang dari batasan tersebut adalah bagian dari keseimbangan alam. Hama utama jambu citra adalah penggulung daun muda, kutu putih di daun, penggerek batang dan yang paling banyak adalah hama lalat buah yang bisa menyebabkan kerusakan buah mendekati 95%. Pembungkusan buah, meski kurang efisien karena menggunakan tenaga manusia, namun terbukti lebih baik dibanding penggunaan perangkat lalat buah jantan menggunakan methyl eugenol maupun perangkap berupa lem yang menjerat lalat. Pembungkusan buah secara detail, dapat dilihat di artikel lain di blog ini juga.

Jambu Citra Jumbo (artikel pertama)








Jamu Citra dikenal luas sebagai jambu yang mempunyai produktifitas tinggi dengan kualitas buah sangat bagus karena berdaging tebal, sedikit mengandung biji bahkan cenderung seedless, daging buah renyah, rasa manis segar dan sangat cocok untuk dijadikan buah meja.




Jamu citra adalah buah lokal yang berasal dari Banten, menyebar luas ke seluruh wilayah Indonesia dan ditanam sebagai tanaman  buah di halaman rumah dan juga dikebunkan secara besar-besaran di beberapa daerah, karena keunggulan buahnya tadi. Secara umum, jambu citra sangat mudah untuk ditanam dan dibudidayakan, serta tidak menuntut persyaratan tanam yang rumit.




Jambu citra yang beredar dan banyak ditanam di Indonesia terdiri dari beberapa varian, mulai dari jambu citra biasa yang paling banyak ditemukan, varian "king citra", varian citra "thongsamsie" asal Thailand, varian citra "tab thim chan", hingga varian "cita jumbo" yang saya tanam dan saya kembangkan di kota Yogyakarta. Saya tidak bisa menampilkan perbandingan varian citra jumbo dengan varian citra lainnnya karena saya ingin fokus terhadap si citra jumbo yang spektakuler ini.

Jambu citra jumbo ini saya dapatkan 8 tahun yang lalu secara tidak sengaja dalam bentuk bibit cangkokan setinggi sejengkal tangan, dari seorang kenalan yang sedang mengambil program doktoral. Bibit kecil sejengkal tangan dewasa ini lalu saya besarkan dalam polybag ukuran 30 selama kurang lebih 6 bulan, dan saat berumur 6 bulan dengan tinggi hampir semeter itulah, bibit kemudian ditanam di halaman belakang rumah di Yogyakarta, dengan jenis tanah regosol abu vulkanik gunung Merapi. Saat itu luubang tanam dibuat dengan ukuran 50x50x50 cm, tanah galian lubang tanam dicampur pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 1.





Tidak ada perlakuan khusus apapun sampai sebulan pasca tanam di tanah, jambu citra ini langsung menunjukkan keunggulannya dengan mulai memamerkan bunga pertamanya sebanyak 5 tandan, dengan masing-masing tandan terdiri dari 10-14 bakal bunga. Bunga pertama ini hampir semua berhasil menjadi buah sempurna dengan tingkat kerontokan kurang dari 20%, dan bakal buah pertama ini tumbuh dan berkembang menjadi buah sempurna.

Yang mengagetkan adalah ukuran buahnya yang jumbo untuk sebuah jambu citra, jika citra biasa berisi 9 hingga 12 buah per kilogram, maka jambu citra jumbo hanya berisikan 3 hingga maksimum 4 buah saja untuk mencapai berat 1 kilogram, artinya berat per buahnya berkisar antara 240 gram hingga 340 gram, betul-betul luar biasa untuk ukuran sebuah jambu citra.

Daging buahnya sangat tebal, tekstur daging buah sangat renyah dan dengan rasa manis mirip rasa buah "pear", dan yang lebih hebat lagi dari jambu ini adalah mayoritas dari buah yang dihasilkan, sama sekali tidak mengandung biji, alias "seedless", pantas saja jika daging buahnya menjadi super tebal akibat biji yang tidak terbentuk tersebut. Dari pupuhan bbuah, hanya ditemukan kurang dari 10% buah yang mengandung biji sehingga varian jambu citra ini, selain jumbo ukurannya, juga nyaris tanpa biji.