Kamis, 28 Februari 2013

HAMA dan PENYAKIT TANAMAN KRISAN

HAMA & PENYAKIT TANAMAN KRISAN - Budidaya Petani. Berikut ini merupakan hama dan penyakit tanaman krisan yang biasa menyerang.

Hama Tanaman Krisan
  1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
    • Gejala: memakan & memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk & tangkai terkulai.
    • Pengendalian: mencari & mengumpulkan ulat pada senja hari & semprot dengan insektisida.
  2. Thrips (Thrips tabacci)
    • Gejala: pucuk & tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
    • Pengendalian: mengatur waktu tanam yg baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yg mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
  3. Tungau merah (Tetranycus sp)
    • Gejala: daun yg terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, & bercak-bercak kuning sampai coklat.
    • Pengendalian: memotong bagian tanaman yg terserang berat & dibakar & penyemprotan pestisida.
  4. Penggerek daun (Liriomyza sp) :
    • Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yg mengelilingi permukaan daun.
    • Pengendalian: memotong daun yg terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
  1. Karat/Rust
    • Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn.
    • Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam & terjadi lekukan-lekukan mendalam yg berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.
    • Pengendalian: menanam bibit yg tahan hama & penyakit, perompesan daun yg sakit, memperlebar jarak tanam & penyemprotan insektisida.
  2. Tepung oidium
    • Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi.
    • Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat & mengering.
    • Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yg sakit & penyemprotan fungisida.
  3. Virus kerdil & mozaik
    • Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus & Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).
    • Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.
    • Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yg tercemar penyakit & pekerja kebun.
    • Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau & kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
    • Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yg sakit, menggunakan alat-alat pertanian yg bersih & penyemprotan insektisida utk pengendalian vektor virus.
Demikian artikel tentang hama dan penyakit tanaman krisan, semoga bermanfaat.

Baca Juga:
PEDOMAN BUDIDAYA BUNGA KRISAN
SYARAT PERTUMBUHAN BUNGA KRISAN 
Jenis Tanaman Krisan

PEDOMAN BUDIDAYA BUNGA KRISAN

PEDOMAN BUDIDAYA BUNGA KRISAN - Budidaya Petani. Berikut merupakan PEDOMAN BUDIDAYA BUNGA KRISAN.
Pembibitan Krisan
  1. Persyaratan Bibit Krisan : Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama & penyakit & komersial di pasar.
  2. Penyiapan Bibit Krisan : Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk & kultur jaringan.
    1. Bibit asal anakan
    2. Bibit asal stek pucuk : Tentukan tanaman yg sehat & cukup umur. Pilih tunas pucuk yg tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
    3. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan : Tentukan mata tunas atau eksplan & ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:
      1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik utk pertumbuhan tunas & akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
      2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
      3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra utk membentuk akar pada umur 21-31 hari. Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
        1. Stok tanaman induk : Fungsinya utk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yg telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, & selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
        2. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
          1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yg sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
          2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
          3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
  3. Teknik Penyemaian Bibit Krisan
    1. Penyemaian di bak : Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan & sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi utk drainase yg berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm & kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yg transparan di seluruh permukaan.
    2. Penyemaian kultur jaringan : Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril & bersungkup plastik tembus cahaya.
  4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian : Pemeliharaan utk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu utk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari & malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan. Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.
  5. Pemindahan Bibit : Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai & bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yg sudah berdaun 5-7 helai & setinggi 7,5-10 cm.
  1. Pembentukan Bedengan : Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yg kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma & bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm.
  2. Pengapuran : Tanah yg mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
  1. Teknik Penanaman Bunga Potong
    1. Penentuan Pola Tanam. : Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan secara monokultur.
    2. Pembuatan Lubang Tanam : Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yg baik antara pagi atau sore hari.
    3. Pupuk Dasar : Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil diaduk.
    4. Cara Penanaman : Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yg telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air & pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
  2. Teknik Penanaman utk Memperpendek Batang : Penanaman dilakukan sama dengan utk bunga potong biasa, tetapi dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
    1. Pengaturan & Penambahan Cahaya : Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yg dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yg tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan. Cara pengaturan & penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan & penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
    2. Pemupukan : Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue & periodik seminggu sekali, & akhirnya sebulan sekali. Jenis & dosis pupuk yg diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m 2 luas lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m 2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri & samping kanan.
    3. Pembuangan Titik Tumbuh : Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
    4. Penjarangan Bunga : Jika ingin mendapatkan bunga yg besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yg tumbuh.
  3. Teknik Penanaman utk Bunga Pot : Sebanyak 5-7 Bibit yg telah berakar ditanam di dalam pot yg berisi media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah & sekam padi (1:1). utk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan penyinaran 16 jam/hari. utk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada saat penyinaran pendek.
Untuk mendapatkan bunga krisan yg besar & jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yg mekar bersamaan.
 
  1. Penjarangan & Penyulaman : Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yg mati atau layu permanen dengan bibit yg baru.
  2. Penyiangan : Waktu penyiangan & penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput liar.
  3. Pengairan & Penyiraman : Pengairan yg paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
Demikian artikel tentang Pedoman Budidaya Tanaman Krisan, semoga bermanfaat.

Baca Juga :
SYARAT PERTUMBUHAN BUNGA KRISAN 
JENIS TANAMAN KRISAN 
HAMA & PENYAKIT KODOK

SYARAT PERTUMBUHAN BUNGA KRISAN

SYARAT PERTUMBUHAN BUNGA KRISAN - Budidaya Petani.Berikut adalah syarat tumbuh bunga krisan yang perlu diperhatikan jika Membudidayakan Tanaman Krisan
  1. Tanaman krisan membutuhkan air yg memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu utk daerah yg curah hujannya tinggi,
    penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
  2. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yg lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL & lampu pijar. Penambahan penyinaran yg paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt utk areal 9 m 2 & lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) utk mendorong pembentukan bunga.
  3. Suhu udara terbaik utk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara utk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
  4. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yg tinggi utk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yg memadai.
  5. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yg ideal utk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yg dianjurkan.
  1. Tanah yg ideal utk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur & drainasenya baik, tidak mengandung hama & penyakit.
  2. Derajat keasaman tanah yg baik utk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.
Ketinggian tempat yg ideal utk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.

Demikian artikel tentang SYARAT PERTUMBUHAN BUNGA KRISAN, semoga bermanfaat.
http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/02/syarat-pertumbuhan-bunga-krisan.html

Baca Juga:
JENIS TANAMAN KRISAN
HAMA & PENYAKIT KODOK 
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KODOK

Rabu, 27 Februari 2013

JENIS TANAMAN KRISAN

JENIS TANAMAN KRISAN - Budidaya Petani. Klasifikasi botani tanaman hiaskrisan adalah sebagai berikut:
  • Divisi : Spermathophyta
  • Sub Divisi : Angiospermae
  • Famili : Asteraceae
  • Genus : Chrysanthemum
  • Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Jenis & varietas tanaman krisandi Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat & Jepang. Krisan yg ditanam di Indonesia terdiri atas:
  1. Krisan lokal (krisan kuno) : Berasal dari luar negri, tetapi telah lama & beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral & siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang & berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
  2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) : Hidupnya berhari pendek & bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) & Pink Pingpong (berbunga pink).
  3. Krisan produk Indonesia : Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 & 30.13A. 
Demikian artikel tentang JENIS TANAMAN KRISAN, semoga bermanfaat.

Baca Juga:
HAMA & PENYAKIT KODOK
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KODOK 
PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA KODOK

HAMA & PENYAKIT KODOK

HAMA & PENYAKIT KODOK - Budidaya Petani. Dalam budidaya kodok/ katak banyak mengalami kendala terutama dalam hal hama dan penyakit. Berikut adalah HAMA & PENYAKIT KODOK.
  1. Penyakit, Hama Kodok & Penyebabnya
    Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur & bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka & kulit melepuh adalah penyakit yg menyerang kodok yg berumur 1-2 bulan, menular & menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam beberapa jam.
  2. Pencegahan Serangan Penyakit & Hama
    Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka & berwarna putih. Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yg terserang, kolam dibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, jangan memberikan makanan yg kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15% karena perut kodok akan menjadi kembung. Pengobatan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndam dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali.
  3. Pemberian Vaksinasi & Obat
    Pengobatan kaki merah & bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan Nifurene 50–100 gram/m² air, atau dengan suntikan teramisin 25 mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan cara pisahkan & istirahatkan 2–3 hari & tidak diberi makan. Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). utk mengatasinya, populasi tidak boleh terlalu padat & kolam harus bersih & pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400 cl/kg makanan.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KODOK

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KODOK - Budidaya Petani. Agar budidaya kodok dapat berjalan dengan baik memerlukan pengetahuan tentang pedoman teknis budidaya kodok. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
  1. Persiapan Sarana & Peralatan
    1. Kolam Kodok
      Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali atau menimbun saja melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akan mendapatkan bentuk & konstruksi kolam yg ideal. utk memasukkan air ke dalam kolam diperlukan saluran yg konstruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau batako yg diperkuat dengan semen & pasir. Bentuk dari saluran ini biasanya trapesium terbalik & pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat kobakan kecil utk menjebak air agar mudah masuk kedalam kolam-kolam. Kolam yg diperlukan antara lain: kolam perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam perawatan kecebong, kolam pembesaran percil & kolam pembesaran kodok remaja. Kebutuhan kolam ini masih ditambah dengan kolam pemeliharaan calon induk.
      1. Kolam Perawatan Kodok
        Luasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5 m, yg terdiri dari dinding tembok 0,40 m & dinding kawat plastik setinggi 1 m, lantainya terbuat dari semen & bata yg terdiri dari 2/3 bagian kolam terisi air setinggi 10-15 cm & 1/3 bagian kering.
      2. Kolam Pemijahan.
        Kolam dibuat dari semen & diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman air di kolam ini sekitar 0,30–0,40 m & ditengahnya dibuatkan daratan. Padat pemeliharaan 15 ekor setiap meter perseginya, dengan perbandingan tiga betina & satu jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan tengah tidak berlumpur, & kolam ditanami enceng gondok. sediakan makanan berupa ikan kecil, ketam & bekicot Masa kawin ditandai dengan suara merdu. Tak lama kemudian, telur mereka mengambang di air kolam & segera dipindahkan ke kolam penetasan.
      3. Kolam Penetasan
        Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam 30 cm & air mengalir atau diberi aerasi yg luas. Luas kolam seluruhnya 10 m² .
      4. Kolam Kecebong
        Terdiri dari beberapa kolam yg masing-masing luasnya berkisar anta 5 m² – 6 m² , dengan dasar lantai terbuat dari semen.
      5. Kolam Kodok Muda
        Di kolam ini kodok yg dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Dibuat beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m², dengan dinding tembok & kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengan kedalaman 15–35 Cm.
      6. Kolam Kodok Dewasa.
        Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6 bulan. Kolam yg diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m² , dengan konstruksi dasar & dinidng tembok & kawat. Kedalaman air yg diperlukan antara 30–40 Cm.
    2. Mempersiapkan Kolam Produksi
      Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah & dicangkul-cangkul & ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulu tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkan & dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat utk membuat hujan buatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkel karena utk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa penghujan. Sebaiknya kolam ditanami teratai, eceng gondok, genjer & ganggang yg berfungsi utk tempat biang kodok bercumbu rayu & menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam & mempertinggi kandungan oksigen.
  2. Pembibitan
    Untuk pembudidayaan kodok yg banyak dicari adalah dari jenis kodok banteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat yg sampai saat ini belum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih mengambilnya dari alam. Adapun syarat ternak yg baik adalah bibit dipilih yg sehat & matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok & normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ).
    1. Pemilihan Bibit & Calon Induk Kodok
      Pilihlah kodok yg sehat & berukuran besar. Disamping itu perhatikan juga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan utk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. utk induk-induk yg hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yg masih segar & makanan buatan lainnya.
    2. Perawatan Bibit & Calon Induk Kodok
      Induk jantan & betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
    3. Sistem Pemijahan
      1. Secara Alami
        Induk jantan & betina yg telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di kolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlu membantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
      2. Sistem Hipofisasi
        Cara mutakhir utk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin suntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa utk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yg kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisa mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur kodok yg telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya & tidak memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perut & bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.
    4. Reproduksi & Perkawinan
      Kodok yg hendak disuntik ditampung pada akuarium yg diberi sedikit air & ditutup dengan kawat kasa utk memudahkan penangkapan. Kodok-kodok tersebut telah cukup umur & dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.
      Kodok yg telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain & dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yg betina 2 kali disuntik & menunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yg tajam & dimasukkan ke cawan petri yg sudah diisi dengan air kolam yg bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh & testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat kita lihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur kodok diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan & biarkan selama beberapa menit. Telur yg mengalami pembuahan akan mengalami rotasi. Telur kemudian ditetaskan & airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran 24-27 derajat C & pH air juga diamati. Pada sistem secara alamiah, digunakan hujan buatan utk merangsang proses perkawinan kodok, sebagaimana dijelaskan diatas.
  3. Pemeliharaan
    Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhan & kesehatan kodok terrgantung pada makanan & kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti & dibersihkan seminggu sekali.
    1. Sanitasi & Tindakan Preventif
      Telur yg sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama & kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya & tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yg sama selama 10 hari.
    2. Perawatan Ternak
      Kodok muda yg telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan & pengeluaran air harus diberi penyaring utk menghindari hama & mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padat penebaran 50-100 ekor/m² . Bila kita memelihara jenis kodok banteng yg tidak suka makanan yg tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit & ukuran badannya. Jumlah yg di seleksi 20% dari total & dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) utk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphopisa) & padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m² .
    3. Pemberian Pakan
      Terdapat berbagai macam makanan yg dapat diberikan utk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso & berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil & lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yg terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya makanan yg langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yg sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.
Demikian artikel tentang PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KODOK, semoga bemanfaat.

Baca Juga:
PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA KODOK
JENIS KODOK 
SYARAT PERTUMBUHAN JAHE 

    PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA KODOK

    PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA KODOK - Budidaya Petani. Berikut ini adalah beberapa hal tentang persyaratan lokasi budidaya kodok (katak) supaya dapat maksimal hasilnya.
    • Ketinggian lokasi yg ideal utk budidaya kodok adalah 1600 dpl.
    • Tanah tidak terlalu miring namun & tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1-5%, artinya dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5 m.
    • Air yg jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yg jernih akan memperlancar proses penetasan telur.
    • Kodok bisa hidup di air yg bersuhu 2–35 drajat C. Suhu saat penetasan telur ialah anata 24–27 derajat C, dengan kelembaban 60–65%.
    • Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut tidak lebih dari 25 ppm.
    • Dekat dengan sumber air & diusahakan air bisa masuk & keluar dengan lancar & bebas dari kekeringan & kebanjiran.
    Demikian artikel tentang persyaratan lokasi budidaya kodok , semoga bermanfaat.

    Baca juga:
    JENIS KODOK 
    SYARAT PERTUMBUHAN JAHE 
    Jenis-jenis Jahe

    Selasa, 26 Februari 2013

    Sambung Dini (Mini Grafting) Dengan Metode Sambung Pucuk



    Membuat bibit tanaman dengan cara vegetatif (tanpa melalui proses perkawinan = aseksual) adalah salah satu cara untuk mempertahankan kualitas genetik Pohon Induk tanaman buah yang telah diketahui mempunyai sifat-sifat unggul : berumur genjah, produktivitas tinggi dengan kualitas buah prima, tahan atau toleran terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, tahan kekeringan, bibit turunan klonalnya mempunyai daya adptasi tinggi di berbagai lokasi tanam, dan lain sebagainya.

    Salah satu kendala yang dihadapi jika membuat bibit sambung adalah lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan batang bawah (rootstock) siap sambung yang biasanya memerlukan waktu berkisar antara 6 hingga 24 bulan, tergantung jenis tanaman dan keperluan pembuatan bibitnya. Beberapa penangkar bahkan menunggu batang bawah tumbuh membesar hingga berumur 2 tahun sebelum akhirnya disambung untuk memperoleh bibit cebol yang diharapkan cepat berbunga dan berbuah, karena entres disambung pada batang bawah berumur cukup "tua".

    Pada beberapa jenis tanaman buah seperti mangga, alpukat, durian, dan jeruk misalnya, dimungkinkan untuk disambung pada saat umur batang bawah masih sangat muda, berkisar antara 4 hingga 10 minggu pasca semai biji dan biji memunculan batang utama. Penyambungan pada saat batang bawah masih berumur sangat muda ini dikenal dengan istilah "Mini Grafting", dengan beberapa keuntungan sebagai berikut : efisien dari sisi waktu tunggu batang bawah yang lebih singkat, penyatuan batang atas dengan batang bawah (kompatibilitas) yang lebih baik karena titik sambungan umumnya belum berkayu, pertumbuhan yang relatif lebih seragam dan terkontrol dengan baik, serta lebih memudahkan dalam pemeliharaan bibit pasca penyambungan berhasil. Kekurangan jika menggunakan cara ini adalah variabilitas ukuran diameter batang bawah yang beragam karena umur yang masih sangat muda, penyesuaian dan pemilihan ukuran diameter entres yang relatif sulit karena entres umumnya harus berdiameter kecil sementara entres harus diambil dari pohon besar yang tunas ujung umumnya berukuran lebih besar, relatif mudah terjadi memar batang pada saat penyambungan karena jaringan batang bawah yang lebih lunak akibat belum berkayu.

    Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses sambung dini (contoh pada tanaman mangga), disertai keterangan dan tips agar proses sambungan berjalan lancar dan mengsilkan bibit baru berkualitas prima. Cara sambung dini ini juga dapat dilakukan pada tanaman buah lainnya seperti pada tanaman alpukat (Persea americana), durian (Durio sp.), dan Jeruk (Citrus sp.) :





    Siapkan batang bawah berupa tanaman yang ditumbuhkan dari biji (lihat postingan sebelumnya tentang cara membuat batang bawah). Contoh batang bawah pada postingan ini adalah seedling mangga berumur 4 minggu. Dari pengamatan kami, mangga jenis pakel/bacang (Mangifera foetida), kuini/kweni (Mangifera odorata), maupun beberapa varietas dari species Mangifera indica yang mempunyai keping lembaga dalam biji berukuran besar, sangat layak dijadikan batang bawah, seperti : varietas chinhuang, mahathir, khiojay, serta banyak varietas mangga lokal berbiji besar lainnya




    Pilih dan siapkan entres (batang atas) dari mangga terpilih, tunas ujung harus cukup umur dengan daun yang sudah berkembang sempurna dan berada dalam keadaan dorman (keadaan istirahat, tanpa ada tanda-tanda akan muncul tunas baru ). Rompes semua daun dengan cara menggunting daun dan menyisakan tangkai daun sepanjang 5 hingga 10 milimeter. Perompesan daun pada tunas ujung dilakukan 2 - 3 minggu sebelum penyambungan dilakukan, bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mata tunas menjadi bunting, baik itu mata tunas di bagian ujung maupun mata tunas di bagian ketiak daun yang dirompes daunnya.




    Tentukan titik pada bagian batang bawah yang akan dipotong dan disambung dengan batang atas, dengan mempertimbangkan ukuran diameter batang bawah dan diameter entres agar diperoleh kesesuaian yang paling baik, agar proses penyambungan dan penyatuan berlangsung dengan cepat.




    Potong batang bawah pada titik yang telah ditentukan menggunakan gunting pangkas yang tajam dan bersih, jika tidak terdapat gunting pangkas seperti contoh di atas, gunakan pisau tajam yang bersih dan lakukan dengan tindakan sekali potong. Hindari pemotongan yang berulang-ulang agar tidak terjadi "memar" pada batang muda yang nantinya akan mengakibatkan kegagalan penyambungan.




    Tampilan batang bawah yang telah terpotong dengan rapi




    Belah ujung batang bawah pada bagian tengah (jika ukuran diameter entres sama persis dengan ukuran diameter batang bawah), atau pada bagian agak pinggir (jika ukuran diameter entres lebih kecil dibandingkan dengan ukuran diameter batang bawah. Penyesuaian bidang belah ini sangat penting agar kambium pada kedua sisi dapat melekat satu sama lain dengan baik




    Potong pangkal entres membentuk huruf "V" atau bentuk "baji", cukup dengan sekali iris pada masing-masing sisi. Sekali lagi, hindari pengirisan pangkal entres yang berulang-ulang untuk mencegah pemendekan entres akibat diiris/dipotong berkali-kali, juga agar lapisan kambium tidak terlalu lama terkontaminasi udara luar yang mengakibatkan lapisan kambium tersebut akhirnya mengering dan menggagalkan proses penyambungan pada tahap berikutnya.




    Masuk dan sisipkan entres pada belahan batang bawah dengan hati-hati. Jika ternyata diameter entres lebih kecil, pepetkan salah satu sisi entres ke salah satu sisi batang bawah, ke kiri atau ke kanan saja (bukan pas di bagian tengah). Proses penyambungan akan berhasil jika jaringan kambium entres bertemu dengan jaringan kambium batang bawah, meski hanya bertemu pada satu sisi saja.

    Ini adalah tahap yang paling menentukan keberhasilan penyambungan dan penyatuan entres dengan batang bawah pada kondisi di mana diameter ukuran entres dan batang bawah yang berbeda. Hal tersebut bisa dihindari jika ukuran diameter keduanya adalah sama.

    Jepit erat titik sambungan dengan jari tangan agar entres stabil dan tidak berpindah-pindah posisi.




    Ikat titik sambungan dengan potongan plastik PE yang tipis dan lentur sambil ditarik memutar ke arah atas mengikuti arah putaran jarum jam, meliliti seluruh bidang permukaan di titik sambungan. Jangan menarik ikatan terlalu kuat agar tidak terjadi "memar" batang bawah atau entres pada bagian titik sambungan.

    Pilih plastik PE (polietilen) yang tipis dan lentur atau gunakan "wrapped plastic" yang biasa digunakan sebagai pengemas makanan atau buah di supermarket. Iris dengan ukuran 2x6 centimeter menggunakan cutter yang tajam agar bagian pinggir plastik tetap halus. Jika bagian pinggir plastik kasar atau bergelombang, maka plastik akan sangat mudah putus saat plastik tersebut ditarik.




    Tampilan titik sambungan yang telah diikat sempurna dengan tali plastik PE




    Kerudungi entres dengan plastik es mambo sebagai alat untuk menyungkup, tanpa perlu diikat bagian bawahnya. Plastik penyungkup ini berguna untuk menjaga kestabilan iklim  mikro sekaligus mengurangi evapotranspirasi (penguapan akibat proses pernafasan entres) sehingga entres dapat mempertahankan kesegaran dan kehidupannya selama proses penyambungan dan penyatuan tersebut berlangsung




    Sertakan label keterangan varietas yang disambung serta tanggal penyambungan dilakukan.




    Tampilan bibit keseluruhan pasca proses penyambungan telah selesai.

    Letakkan bibit di tempat terbuka tanpa naungan sama sekali, namun jika ragu terhadap tingginya intensitas penyinaran matahari maupun intensitas curah hujan, bibit dapat diletakkan di bawah naungan paranet dengan intensitas naungan maksimum 20% (80% sinar matahari dapat menembus naungan paranet).

    Jaga kelembaban media tanam, siram media tanam dengan teratur dan beri pupuk secukupnya dalam bentuk kocoran air siraman. Larutkan pupuk NPK 25-7-7 sebanyak 1 sendok teh ke dalam 2 liter air dan kocorkan sebanyak 100 cc larutan pupuk ke media dalam polybag/pot kecil, ulangi setiap minggu selama proses penyambungan berlangsung.

    Jika dalam waktu 2 minggu entres tetap berwarna hijau segar, 50% proses penyambungan dikatakan berhasil. Tunggu hingga sambungan berumur 4 minggu sebelum akhirnya plastik penyungkup ditarik dan dilepaskan seluruhnya.




    Jika proses penyambungan dilakukan dengan benar, mata tunas pada entres mulai akan tumbuh pada umur 2 hingga 3 minggu pasca penyambungan yang akan diikuti oleh pertumbuhan tunas menjadi daun yang berlangsung dengan cepat




    Tunas yang tumbuh tersebut akan berkembang menjadi daun sempurna 7 hingga 10 hari kemudian.
    Selama proses pertumbuhan dan perkembangan mata tunas menjadi daun sempurna ini, bibit harus berada di tempat yang teduh dengan intensitas naungan 70% (maksimum hanya 30% sinar matahari yang lolos mengenai bibit) untuk memastikan tidak ada mata tunas, calon daun, atau entres yang mengering setelah plastik sungkup dilepaskan. Jika entres atau calon tunas kemudian mengering, maka proses penyambungan telah gagal. Hal seperti ini lebih disebabkan karena faktor evapotranspirasi yang berlangsung sangat cepat, sementara penyambungan entres dan batang bawah belum sempurna sama sekali.


     

    Dua minggu pasca mata tunas tumbuh, akan berkembang menjadi daun sempurna dan menjadi bibit baru hasil sambung dini dengan metode sambung pucuk.

    Seminggu kemudian setelah daun terbentuk sempurna, jemur bibit baru tersebut di bawah sinar matahari penuh. Jangan lupa untuk memberi air siraman dan pemupukan secara teratur dalam bentuk kocoran air siraman, tetap dengan pupuk NPK 25-7-7 serta dosis pupuk yang sama namun frequensi yang lebih jarang, yakni diulang setiap 2 minggu sekali.


     

    Di beberapa kasus, ditemukan tunas pecah dan menyembulkan calon daun hanya beberapa hari setelah proses penyambungan selesai (antara 7 hingga 14 hari pasca penyambungan). Pada kasus seperti ini, segera lepaskan plastik penyungkup dan letakkan bibit pada tempat dengan naungan 90% (hanya 10% sinar matahari yang dapat mengenai daun secara langsung). Hal ini harus dilakukan agar daun bisa berkembang sempurna pada kondisi intensitas penyinaran matahari yang rendah.




    Secara pelahan daun akan tumbuh dan berkembang sempurna karena tidak dibatasi oleh ruang tumbuh yang sempit dan terbatas dalam sungkup plastik, sekaligus menghindari daun yang mengering sebagai akibat proses evapotransiprasi yang terlalu tinggi. Daun akan mengering dan biasanya akan diikuti oleh jaringan entres yang juga mengering apabila plastik sungkup dibuka namun bibit tetap dibiarkan berada di bawah penyinaran sinar matahari penuh, ini terjadi karena proses evapotranspirasi yang berlangsung sangat tinggi sementara penyatuan sambungan entres dan batang bawah belum berlangsung secara sempurna.




    Daun akan terus tumbuh dan berkembang dengan sempurna (dalam kondisi ternaungi).




    Daun yang telah tumbuh sempurna 5 minggu pasca penyambungan, dapat segera diletakkan di bawah sinar matahari langsung agar tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat.




    6 minggu pasca penyambungan akan terbentuk jaringan "kalus" persis di pertemuan antara jaringan kambium entres dengan jaringan kambium batang bawah. Biarkan plastik pengikat hingga proses peyambungan berlangsung selama 8 hingga 10 minggu sebelum akhirnya ikatan plastik harus dipotong dan dibuka. Jangan membiarkan ikatan plastik terlalu lama, melebihi 10 minggu karena ikatan plastik tersebut akan mencekik batang dan menghambat pertumbuhan bibit selanjutnya.




    Ikatan plastik pada titik sambungan yang telah dibuka dan dilepas, akan memacu pertumbuhan jaringan kalus di titik penyambungan antara entres dan batang bawah.




    penyatuan yang sempurna antara entres dengan batang bawah, 3 bulan pasca penyambungan, dan pada kondisi seperti ini, bibit telah siap untuk ditanam di lahan maupun dibesarkan terlebih dahulu sebagai bahan tanam untuk tabulampot (tanaman buah dalam pot)


     

    SELAMAT MENCOBA DAN PASTI BISA !!!!!