Penanaman yang benar akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Lubang tanam harus dibuat terlebih dahulu dengan ukuran minimal 60x60 cm dengan kedalaman minimal 60 cm untuk penanaman bibit setinggi 40-70 cm. Semakin besar ukuran bibit (>70 cm) maka lubang tanam harus dibuat lebih besar (100x100 cm) dengan kedalaman 100 cm. Jika diasumsikan lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60 cm, maka 1/3 bagian tanah paling bawah (tanah pada kedalaman 40 hingga 60 cm), harus dibuang. Sebagai penggantinya, maka tanah pada kedalaman 0 hingga 40 cm (top soil) dicampurkan dengan pupuk kandang matang yang terbuat dari kotoran ternak (sapi, kambing, kuda, kerbau, atau kelinci) yang jumlahnya disesuaikan dengan volume tanah bagian terbawah yang dibuang (1/3 bagian terbawah). Dengan demikian, maka komposisi media tanam di lubang tanam menjadi 2/3 bagian tanah bagian atas (top soil) yang dicampur merata dengan 1/3 volume pupuk kandang pengganti tanah yang dibuang. Campuran merata antara bagian 2/3 tanah bagian atas dan 1/3 bagian pupuk kandang tersebut, dimasukan kembali ke dalam lubang tanam, kemudian dipadatkan dengan cara diinjak dan disiram air secukupnya agar semua media tanam campuran tersebut dapat masuk mengisi lubang tanam dengan sempurna. Biarkan minimal selama 1 minggu agar tanah dan pupuk kandang tersebut dapat bereaksi positif satu sama lain sebagai media tumbuh tanaman. Selang seminggu, lubangi tanah di bagian tengah lubang tanam, sebesar polibag (kantong plastik) pembungkus media bibit klengkeng, kemudian padatkan tanah sekitar bibit dengan tangan dan siramkan air secukupnya, sehingga tanaman bisa berdiri dengan tegak dan siap untuk tumbuh dan berkembang. Untuk menunjang pertumbuhan yang optimal, jaga kelembaban tanah sekitar tanaman dengan menyiramkan air secukupnya saat media tanah terlihat kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar