Rabu, 05 Oktober 2011

Penggantian Media Tanam, Repotting, dan Pruning Akar Tabulampot



Salah satu kendala yang biasanya dihadapi oleh penghobi tanaman adalah pertumbuhan tanaman buah dalam pot yang terhenti dan cenderung stagnan. Salah satu penyebab stagnasi pertumbuhan tanaman adalah karena media tanam yang telah memadat dan mengeras dalam pot, yang mungkin terjadi karena beberapa sebab :

1. Periode tanam yang panjang dan menahun,
2. Pertumbuhan akar yang telah memenuhi seluruh bidang pot,
3. Keterbatasan asupan nutrisi bagi tanaman, baik jenis, jumlah dan waktu pemberiannya,
4. Penggunaan media tanam yang keliru, baik jenis maupun komposisinya
5. Kemampuan tanaman yang menurun untuk tumbuh dan berkembang secara normal

Penggantian media tanam tabulampot sebenarnya bukanlah hal mutlak yang harus dilakukan. Meskipun media tanam tabulampot tidak pernah diganti, namun jika pemberian nutrisi organik dan anorganik berlangsung secara teratur dan dalam jumlah yang cukup, tanaman akan tetap tumbuh dengan baik, untuk menyelesaikan semua siklus hidupnya serta berproduksi dengan baik pula. Meskipun demikian, sebagian penghobi beranggapan bahwa penggantian media tanam tabulampot secara periodik adalah suatu keharusan untuk memberikan “ruangan” baru yang lebih ideal bagi pertumbuhan akar tanaman di bagian bawah dan pertumbuhan akar yang sehat akan tercermin pada pertumbuhan tanaman yang sehat secara keseluruhan di bagian atas.

Penggantian media tanam umumnya dilakukan dengan mengikuti dua cara :

1. Penggantian media tanam sekaligus penggantian ukuran pot yang lebih besar. Prinsipnya sederhana, hanya memindahkan tanaman secara keseluruhan ke dalam pot yang berukuran lebih besar, misalnya tanaman mangga dalam pot berukuran diameter 30 cm dipindah ke dalam pot berukuran 40, 50, atau 60 cm, tanpa melakukan pemotongan akar. Hanya ujung-ujung akar saja yang dipotong dan dibersihkan agar kelihatan lebih rapi. Setelah tanaman dikeluarkan dan dibersihkan, siapkan pot baru dengan ukuran lebih besar. Tutup lubang pot yang baru dengan menggunakan pecahan genteng, keramik, atau kaca, kemudian berikan sekam setinggi minimal 3 cm sebagai lapisan terbawah yang sekaligus berfungsi sebagai penyaring. Masukkan media tanam secukupnya, sebarkan merata dan tekan-tekan dengan tangan agar memadat. Masukkan tanaman tepat di tengah pot dan tambahkan media tanam baru di sekeliling akar tanaman, tekan dan padatkan lagi dengan tangan. Tinggi media tanam baru sebaiknya maksimum 5 cm sebelum bibir pot. Siram dengan air secukupnya untuk membuat media tanam baru menjadi lembab dan tidak perlu sampai air menetes dari lubang di bagian bawah pot.






contoh ilustrasi foto untuk tanaman yang berbeda






2. Penggantian media tanam tanpa diikuti dengan penggantian pot, yang berarti harus dilakukan pengurangan massa akar dari volume akar sebelumnya agar diperoleh ruangan baru untuk mengganti media tanam yang juga baru. Keringkan media tanam selama 1-2 hari dengan penjemuran agar mudah dikeluarkan dari pot. Siapkan gergaji yang tajam dan potong akar tegak lurus, maksimum 10 cm dari batang (jika diameter pot 30 cm) dan maksimum 15 cm dari batang (jika diameter pot 40 cm). Potong massa akar di setiap sisi sehingga hasil akhirnya akan berbentuk bujur sangkar. Jika dipandang perlu, potong juga akar bagian bawah, dengan arah mendatar, minimum setinggi 5 cm, dengan mata gergaji diarahkan ke samping, sejajar permukaan tanah/lantai. Siapkan pot yang telah digunakan sebelumnya, tutup lubang pot menggunakan pecahan genteng, keramik, atau kaca, kemudian berikan sekam setinggi minimal 2 cm sebagai lapisan terbawah yang sekaligus berfungsi sebagai penyaring air siraman. Masukkan media tanam secukupnya, sebarkan merata dan tekan-tekan dengan tangan agar memadat. Masukkan tanaman tepat di tengah pot dan tambahkan media tanam baru di sekeliling akar tanaman yang telah dipotong, tekan dan padatkan lagi dengan tangan. Tinggi media tanam baru sebaiknya maksimum 5 cm sebelum bibir pot. Siram dengan air secukupnya untuk membuat media tanam baru menjadi lembab dan tidak perlu sampai air menetes dari lubang di bagian bawah pot. Berbeda dengan metode sebelumnya, pasca pruning akar dan penggantian media tanam baru, pot harus diletakkan di tempat teduh setidaknya selama dua minggu untuk memberikan kesempatan pemulihan pasca pemotongan akar, setelahnya baru dapat dilakukan penjemuran sebagai mana bisanya tabulampot diperlakukan. Selama proses pemulihan berlangsung, hindari pemberian air siraman yang berlebihan, secukupnya saja untuk menjaga agar media tanam tetap lembab.

Anjuran untuk pembuatan media tanam baru yang diberikan saat repotting adalah sebagai berikut :

1. Jika tanah yang digunakan tergolong tanah berat dengan kandungan fraksi lempung yang tinggi sehingga bersifat sangat liat, maka anjuran komposisi media tanamnya adalah 1 bagian tanah dicampur dengan 1 bagian pupuk kandang (sapi/kambing/kerbau/kelinci) dan 3 bagian sekam segar atau sekam bakar atau kombinasi sekam segar dan sekam bakar. Jangan sekali-kali menggunakan abu sekam untuk campuran media tanam karena dalam kondisi jenuh air, kombinasi tanah berat dengan abu sekam akan menghasilkan efek melumpur (seperti lumpur) yang justru mengganggu drainase (pengatusan) air dan aerasi (pengudaraan) dalam media tanam. tanah jenis ini tergolong tanah yang miskin pori, baik pori makro maupun pori mikro, dan karena kandungan fraksi lempungnya yang tinggi, maka kemampuan ikat airnya sangat tinggi, dengan kata lain, tanah mampu menyimpan air dengan sangat baik dengan drainase (pengatusan) yang buruk. Dalam kondisi seperti ini, pertumbuhan akar akan terhambat akibat adanya penggenangan air dalam tanah Penambahan pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar tanah menjadi lebih remah (crumb) dan akar bisa tumbuh dengan leluasa, sementara penambahan sekam padi bertujuan untuk memperbaiki porositas tanah, menambah jumlah pori makro untuk meneruskan kelebihan air dalam tanah (fungsi pengatusan air) serta menambah jumlah pori mikro untuk menyimpan oksigen (fungsi aerasi atau fungsi pernafasan bagi akar) 

2. Tanah-tanah sedang dengan komposisi fraksi lempung, debu, dan pasir yang seimbang, umumnya relatif ideal dijadikan media tanam tabulampot, namun tetap perlu dimodifikasi agar menjadi lebih ideal untuk digunakan sebagai media tanam dalam jumlah yang terbatas dalam pot agar ideal untuk pertumbuhan akar di bagian bawah serta manifestasi pertumbuhan tanaman yang sehat di bagian atas. Campurkan merata 1 bagian tanah sedang , dengan 0,5 hingga 1 bagian pupuk kandang, dan 1 atau 2 bagian sekam, disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang berbeda antar tanaman yang satu dengan tanaman lainnya. 

3. Tanah dengan fraksi pasir yang dominan, digolongkan sebagai tanah ringan karena mudah diolah, baik dalam keadaan basah apalagi dalam keadaan kering. Tanah jenis ini umumnya terdapat di daerah di sekitar gunung berapi yang masih aktif, biasanya miskin akan kandungan bahan organik, strukturnya sangat remah cenderung rapuh, komposisi pori makro yang sangat tinggi dibanding jumlah pori mikronya, sangat mudah meneruskan kelebihan air, dan miskin kandungan unsur hara nitrogen. Karenanya, jika dibuat sebagai media tanam tabulampot, tanah jenis ini harus diperbaiki sifat-sifat fisikanya, sifat kimianya dan sifat biologinya dengan mencampurkan 1 bagian tanah dengan 2 bagian pupuk kandang, dan 1 bagian sekam, atau tergantung kebutuhan dilihat dari sumber tanahnya, apakah tanah diperoleh dari daerah yang tergolong subur atau kurang subur. Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang sekaligus akan memperbaiki sifat fisika tanah (memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah), sifat kimia (menambah kandungan unsur hara organik makro dan mikro) serta memperbaiki sifat biologinya (meningkatkan jumlah dan jenis mikrobia tanah) 

Ciri utama media tanam yang baik adalah tidak gampang memadat meski telah digunakan dalam kurun waktu cukup lama, dan media seperti ini hanya dapat diperoleh dengan cara memodifikasi media tanam dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita dan mudah untuk mendapatkannya. Jika ragu dalam membuat media tanam, khususnya kualitas fisiknya, lakukan tips berikut : ambil segenggam media tanam yang telah dibuat dan dalam keadaan lembab (sedikit basah), lalu kepal dengan kuat dalam genggaman tangan. Jika saat genggaman tangan dibuka dan gumpalan media tanam pecah (Jawa : ambyar), itu berarti komposisi media tanam telah ideal secara fisik. Namun jika saat genggaman tangan dibuka dan media tanam berada dalam kondisi menggumpal, berarti diperlukan penambahan sekam segar atau sekam basah dalam jumlah secukupnya agar komposisi ideal media tanam dapat terbentuk sebagaimana telah dicontohkan sebelumnya.   

Penggunaan media tanam tabulampot dengan komposisi yang ideal akan sangat menunjang pertumbuhan akar menjadi lebih optimal, akar dapat tumbuh dengan leluasa karena mendapatkan suplai oksigen dan air dalam jumlah memadai, dan dalam kondisi pertumbuhan optimal tersebut, akar dapat menjalankan fungsinya untuk menyerap air dan hara-hara yang diperlukan dari dalam media tanam untuk disinergikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.






Pasca proses repotting dan pemotongan akar, sedapat mungkin hindari penggunaan semua jenis pupuk anorganik. Penggunaan air rendaman pupuk kandang sebagai air siraman sangat dianjurkan selama proses pemulihan berlangsung karena selain berfungsi untuk memasok air, juga bermanfaat untuk memberikan asupan hara organik ke tanaman. Untuk mempercepat pemulihan dan pertumbuhan akar pasca repotting, siram tabulampot dengan larutan B1 Liquinox dengan konsentrasi 0,02% (2 cc per liter air) yang diberikan sebanyak 1 liter larutan untuk tanaman dalam pot berdiameter 30 cm, atau 2 liter larutan untuk tanaman dalam pot berdiameter 40-50 cm, seminggu sekali. Pupuk anorganik baru diberikan ke tanaman sebulan pasca perlakuan di mana akar-akar baru telah tumbuh dengan baik dan telah mampu menyesuaikan diri dalam kondisi media tanam yang baru, baik dalam pot yang lebih besar maupun dalam pot lama yang ukurannya tetap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar